SOSOK BAYANGAN
Sosoknya
yang selalu menjadi bayang-bayang malam, menelan dunia dan menjadikan bulan
malam sebagai cemilannya. Saat semuanya menjadi sama seperti manusia pada
umumnya, tapi ia tidak bagiku. Menjadikannya yang selalu utama dalam setiap doa
yang aku panjatkan, memohon agar ia tetap menjadi sosok yang mulia bagiku.
Sekalipun teguran kata yang terkadang aku terima menjadi air mata, tapi akan
terhapus dengan sangat muda karena keringatnya. Kesakitannya, penderitaannya,
bebannya, air matanya, tawanya dan semua yang telah ia lakukan hanya demi
kelangsungan hidupku, menjadi alasan yang pantas untuk aku kenang selamanya.
Nafasku
adalah nafasnya, tanpa sosoknya aku tiada. Kesusahan yang telah ia tanggung
begitu mengerikan dan tidak sebanding dengan punyaku yang jika di katakan
hanyalah debu yang tertiup angin dan mengambang di atas udara. Aku merasa kecil
di depannya, sekalipun sosok itu salah, pantasnya aku yang di salahkan, tidak
ada alasan untuk membuatnya menjadi salah.
Kepeduliannya
dan kekhawatirannya akan masa depanku menjadi pemicu akan pertikaian antara
kami, tapi tetap saja sosok itu akan selalu benar. Keterikatan akan darah
bukanlah merupakan suatu alasan aku tetap berada di sampingnya, darahnya yang
mengalir di badan ku ini, setiap tetesnya akan mengingatkan ku akan perjuangan
seorang kesatria sejati di dalam hidup ini. tiada mengenal lelah, ia terus
mendorong semangat ku saat jatuh.
Penyesalan
tiada akhir saat di mana ia meneteskan air mata karena tingkah bodoh ku saat
melukai perasaan lembutnya. Membuat sosok itu menjadi takut dan menyesal akan
hancurnya diri ku. Aku yang salah, aku yang seharusnya di salahkan. Tetapi
dengan tegar ia membantah itu, dengan sabar ia menyanggupi dan menerima
kenyataan konyol itu. Itulah sosok heroik dalam hidup ku. Sesosok yang akan
selalu menjadi matahari dan bulanku, udara dan airku, motivasi dan pelindungku.
Sesekali aku akan tetap membuat kesalahan yang akan di sesali seumur hidupku,
saat di mana aku menyakitinya. Sosok yang indah yang seharusnya aku senangkan,
malah menjadi sebaliknya. Ketakutan terbesar dalam hidupku bukanlah ketinggian,
hewan buas, ataupun putus nafas ini. melainkan kehilangan sosok tersebut! –
seakan diri ini seharusnya tidak pernah muncul saja dan menyaksikan kejadian
seperti itu. tidak sekalipun terlintas untuk mendoakan hal tersebut terjadi,
tetapi hebatnya sosok tersebut, ia tetap mengingatkan aku akan kebesaran Sosok
yang lainnya. Aku bangga akan Sosok yang Maha Besar itu juga, karena Ia, aku
bisa bertemu dan menjadi bagian kecil dari sosok yang satu ini.
Setiap
helai rambut di kepalanya, tubuhnya yang kelihatan mulai keriput seiring
bergantinya zaman, tidak akan membuat sosok tersebut terlihat jelek di mataku.
Walau fisik menghapuskan wajah cantiknya saat pertama aku membuka mata di dunia
ini, walau sifatnya pun juga ikut berubah sedikit demi sedikit, tapi tidak bagi
ku. Ia akan tetap menjadi sosok yang tak terkalahkan hebatnya bagi ku. Sampai
kapanpun ia akan selalu dan selalu tersimpan di dalam pikiran, hati dan juga
diri ku, keraguan yang kadang datang tentang bagaimana aku nantinya. Saat
mungkin ia akan terlihat begitu menyedihkan, tua, keriput, bau dan bahkan bodoh,
mulai menjadi alasan bagi ku untuk tetap belajar bagaimana untuk menjadi yang
lebih dan lebih baik lagi setiap harinya. Tapi, hal konyol yang berlari di
pikiran ku ini tidak akan pernah terjadi. Aku akan tetap berdiri sebagaimana
sosok tersebut berdiri di samping ku. (*)
Komentar
Posting Komentar