SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) BELUM INKLUSIF BAGI TEMAN TULI

Gambar 01 : Willy Anakay - Juru Bahasa Isyarat (JBI) NTT

Teman Tuli atau bahasa medisnya adalah Tuna Rungu merupakan salah satu dari ragam Disabilitas yang memiliki hambatan terhadap indera pendengarannya. Namun dikarenakan kesulitan mendengar dan akses kesehatan atau pendidikan yang masih kurang dalam menangani kebutuhan teman Tuli, sehingga hal tersebut menyebabkan beberapa teman Tuli tidak bisa berbicara. Sehingga, teman Tuli masuk dalam klasifikasi disabilitas-ganda yaitu Tuna Rungu-Wicara. Teman Tuli menggunakan Bahasa Isyarat yang membuat mereka lebih mudah berkomunikasi dan juga mudah dalam mengakses informasi.

Di Indonesia sendiri, terdapat 2 jenis bahasa Isyarat, yaitu Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) dan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI). SIBI itu sendiri merupakan bahasa isyarat yang diadopsi dari American Sign Language (ASL) dan diterapkan di Sekolah Luar Biasa (SLB) sebagai alfabet isyarat yang diajarkan para guru untuk para murid yang merupakan teman Tuli. Walaupun, SIBI itu sendiri tidak menjadi alat komunikasi yang digunakan oleh teman Tuli setiap harinya. Sedangkan BISINDO merupakan bahasa isyarat yang berkembang antara komunitas Tuli di Indonesia dan menjadi alat komunikasi antara sesama teman Tuli karena lebih muda dimengerti oleh mereka. Dengan adanya bahasa isyarat, membuat teman Tuli bisa mengakses informasi dengan mudah dan mengembangkan diri mereka. Pernyataan ini dikemukakan langsung oleh teman Tuli secara umum yang merasa kesulitan jika bertemu dengan teman-teman yang bukan disabilitas dan mengajak mereka berkomunikasi secara verbal atau oral (membaca gerak bibir). Bahkan, kebanyakan Sekolah Luar Biasa (SLB) yang seharusnya menjadi sekolah inklusif bagi teman Tuli, faktanya hanyalah sebuah mitos. Mengapa demikian? Karena kebanyakan guru SLB tidak mengajar di kelas menggunakan bahasa isyarat. Bayangkan kalian hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, namun saat belajar di kelas, kalian tidak menggunakan bahasa Indonesia, apakah kalian bisa menerima pelajaran tersebut dengan baik?

Selain kesulitan mengakses pelajaran di sekolah, teman Tuli juga kesulitan fokus selama berada di kelas dikarenakan mereka digabungkan dengan ragam disabilitas lainnya yang membuat mereka gampang teralihkan saat guru memberi materi pelajaran. Analoginya seperti ini, saat teman Tuli diajarkan dengan cara verbal atau berbicara secara langsung, teman Tuli butuh fokus yang lebih untuk membaca setiap gerakan bibir dari gurunya. Belum lagi, banyak sekali artikulasi dalam pengucapan bahasa Indonesia yang memiliki kemiripan, sehingga teman Tuli merasa kebingungan jika mereka harus membaca gerak bibir dari guru mereka ditambah jika gurunya yang berbicara secara cepat.

Hal ini menunjukan bahwa ternyata Sekolah Luar Biasa (SLB) belum inklusif bagi teman Tuli. Pernyataan ini terlihat dari kebanyakan teman Tuli yang  memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dibandingkan ragam disabilitas lainnya. Kurangnya pemahaman akan kebutuhan teman Tuli terhadap bahasa Isyarat menyebabkan teman Tuli menjadi salah satu jenis disabilitas yang sangat minim dalam mengakses informasi. Bahkan saking minimnya akses yang mereka miliki, menyebabkan mereka sangat kurang terhadap perbendaharaan kata bahasa Indonesia. Sehingga, bahasa yang sederhana untuk kebanyakan teman-teman non-disabilitas, belum tentu bisa dipahami oleh teman Tuli. Seperti contohnya kata “Reproduksi” yang jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, menjadi sulit bagi teman Tuli untuk mengartikan kata ini.

Bahasa isyarat Indonesia (BISINDO) menjadi sangat penting bagi teman Tuli karena dengan adanya bahasa isyarat, teman Tuli jadi lebih mudah mengakses informasi dibandingkan berbicara langsung, atau membaca informasi secara tertulis yang pada umumnya menggunakan bahasa Indonesia yang baku. Sedangkan faktanya, kebanyakan SDM yang berada di Sekolah Luar Biasa (SLB), banyak yang tidak bisa menggunakan bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) ataupun Sistem Bahasa Isyarat Indonesia (SIBI). Pertanyaan yang teman-teman harus jawab sekarang, apakah Sekolah Luar Biasa (SLB) itu sudah inklusif bagi teman Tuli?

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meokono Waterfall, TTS - East Nusa Tenggara