Hal ini
banyak sekali terjadi di depan mata kita, tetapi tidak kita sadari. Kita sadar
dan tahu benar bahwa pejabat kita itu ada yang kekayaannya melebihi gaji yang
dia dapat, tetapi kita hanya diam. Entah karena tidak tahu, atau memilih untuk “Bodoh Amat” dengan fenomena ini –
Memasuki minggu pertama di sebuah kabupaten yang akan menjadi wilayah kerja saya setahun. Isu yang ingin di tampilkan dalam cerita ini adalah ketimpangan yang
terjadi dan di rasakan langsung oleh teman-teman Disabilitas kita. Walaupun
sebenarnya hal ini juga dirasakan oleh semua masyarakat terkait kesejahteraan sosial. Saya cukup tercengang saat mengetahui bahwa pemimpin daerah ini memiliki aset kekayaan yang jika
dihitung berdasarkan gaji yang ia dapatkan sebulan, mungkin tidak bisa terkumpulkan
selama masa jabatannya sebagai kepala daerah. Cukup miris bukan? However, mungkin ia
memang memiliki riwayat keluarga yang konglomerat sehingga sebelum menjadi
pejabat ia sudah merupakan anak orang kaya. Entahlah…. (-_-)
Poin penting lainnya adalah saat
turun langsung ke lapangan dan melihat kondisi kehidupan yang di alami oleh
masyarakatnya, sangat menyedihkan tentunya. Masalah pelayanan sosial, kesehatan
dan ekonomi yang tidak kunjung selesai. Anehnya, saat ditanyakan ke meraka yang
sering disebut pemangku kepentingan ini, mereka selalu beralasan bahwa, tidak ada anggaran, mereka lebih prioritaskan isu masalah Nasional. Lah… jadi masalah
dari masyarakat di daerah mereka sendiri tidak penting? Apa karena jika
mengurus isu nasional artinya mendapatkan anggaran yang banyak? Well, saya
bukan orang bodoh yang tidak paham akan anggaran yang faktanya dari pusat juga sudah di bagikan ke setiap daerah. Entah mereka merasa kita juga bisa mengakses Google atau mereka lupa bahwa segala sesuatu itu bisa kita dapatkan informasinya di Google. Apa mereka
menganggap kita ini orang bodoh yang bisa selalu mereka tipu? Atau mereka
sendiri juga sebenarnya ditipu oleh keserakahan mereka?
Baru seminggu bekerja di lokasi
baru dalam memperjuangankan hak-hak kemanusiaan lebih detailnya terkait isu Disabilitas ini, saya menemukan banyak sekali kejanggalan
yang memacu jantung saya sebagai seorang people pleaser ini. Jangankan Inklusif, istilah yang mereka gunakan saja masih sangat diskriminasi. Banyak hal yang membuat saya
sendiri ragu sebenarnya, tapi… untungnya saya cukup terlatih dalam hal iman dan tekad
sejak memutuskan untuk terjun di dunia kemanusiaan. Sebuah kepastian dalam mindset
saya adalah, selagi saya melangkah untuk hal yang baik, maka hal baik lainnya
akan datang kepada saya.
Lets fight for it!
Komentar
Posting Komentar